Oleh: Nur Aisyah Safitri*
Judul Film : Children Of Heaven (bahasa Persia:آسمان بچههای)
Sutradara : Majid Majidi
Produser : Amir Esfandiari, Mohammad Esfandiari
Penulis : Majid Majidi
Pemeran :
1. Amir Farrokh Hashemian sebagai Ali
2. Bahare Seddiqi sebagai Zahra
3. Reza Naji sebagai Ayah
4. Fareshteh Sarabandi sebagai Ibu
5. Dariush Mokhtari sebagai Guru Ali
6. Nafise Ja’far Mohammadi sebagai Roya
7. Mohammad Hasan Hossenian sebagai Ayah Roya
8. Mohammed Hossein Shahidi sebagai Alireza
9. Kazem Asqarpoor sebagai Kakek
10. Christoper Maleki sebagai penjual garam
Musik : Keivan Jahanshahi
Sinematografi : Parviz Malekzaade
Penyunting : Hassan Hassandoost
Distributor : Miramax Films
Tanggal rilis : 22 Januari 1999 (US)
Durasi : 89 Menit
Negara : Iran
Bahasa : Persia
Anggaran : USD $180,000(perkiraan)
Kelebihan:
- Cerita yang disajikan sangat natural dan sederhana sehingga mudah dipahami.
- Sangat menarik dan apik. Dilihat dari filmnya yang menyuguhkan hal-hal sederhana namun memberi pesan dan kesan yang begitu mendalam. Ceritanya mampu membekas di hati para penonton.
- Sangat menyentuh tanpa adanya adegan kekerasan dan adegan yang rumit.
- Pemeran utamanya anak-anak, menurut saya ini menjadi nilai lebih tersendiri karena memperlihatkan suatu hal yang baik walaupun kebaikan kecil tetapi jika dilakukan dengan tulus oleh anak-anak akan membuat hati para penonton terenyuh.
- Sang Sutradara sangat teliti dengan hal-hal sederhana yang biasanya dilakukan kebanyakan anak kecil. Majid Majidi dapat mengemasnya secara indah dan sempurna.
- Penuh dengan pesan moral dan sosial seperti kesederhanaan dalam kehidupan, amanah, berbelaskasihan terhadap sesama manusia, bersyukur di setiap keadaan dan banyak lagi.
- Memperlihatkan kepada kita kesederhanaan dan sifat rendah hati dari kehidupan masyarakat muslim yang tinggal di Teheran secara rapi dan realistis.
- Filmnya layak ditonton untuk semua umur.
Kekurangan:
Tidak terdapat kekurangan yang dapat membuat film ini menjadi cacat di mata yang menonton, karena tertutupi dengan cerita yang sangat bagus untuk disaksikan.
Isi Film Children of Heaven:
Children of Heaven adalah film yang berfokus kepada cerita kehidupan kakak beradik yang hidup di dalam keluarga miskin dan kekurangan. Si kakak bernama Ali dan Si adik bernama Zahra.
Kisah ini berawal dari Ali yang sedang membawa sepatu adiknya yang telah diperbaiki oleh tukang sepatu. Ia meletakan sepatu tersebut di luar ia saat masuk kedalam toko sayuran untuk membeli kentang.
Pada saat itu datanglah Tukang rongsokan yang lewat dan melihat sepatu Zahra lalu mengambilnya. Betapa terkejutnya Ali saat melihat sepatu adiknya hilang. Ia mencari kesana kemari tapi tak kunjung dapat sampai Ali tak sengaja menjatuh barang dagangan pemilik toko dan dimarahi. Lalu Ali pulang dengan wajah sedih tanpa membawa sepatu adiknya.
Sesampainya di rumah Ali ditanya adiknya Zahra di manakah sepatunya yang sudah diperbaiki tadi. Pertamanya ia berbohong dan mengatakannya ada di depan rumah, tetapi karena Ali adalah anak yang jujur lalu ia berbicara yang sejujurnya sambil menitikan air mata dan meminta maaf kepada Zahra. Ali sangat merasa bersalah kepada Zahra karena Zahra hanya memiliki sepatu itu saja untuk sekolah.
Malam itu di saat mereka berdua belajar, diam-diam mereka bersurat-suratan dan membahas tentang sepatu Zahra yang hilang tadi. Ali menawarkan kepada Zahra untuk bergantian memakai sepatu Ali saat bersekolah, karena Zahra bersekolah pagi dan Ali bersekolah siang jadi memungkinkan untuk keduanya bergantian. Awalnya Zahra enggan untuk memakai sepatu Ali karena ukurannya terlalu besar. Tapi apa boleh buat, hanya sepatu itu saja jalan keluar untuk mereka agar bisa bersekolah.
Setelah itu ibu mereka yang sedang sakit menyuruh Zahra membuatkan teh untuk sang ayah. Ali dan Zahra sudah terbiasa membantu pekerjaan rumah tangga. Mereka adalah anak yang mandiri sama seperti anak-anak didaerah mereka yang rata-rata kurang mampu. Mereka juga tidak manja.
Saat Zahra selesai sekolah ia selalu pulang terburu-buru untuk bisa bergantian sepatu dengan Ali. Zahra berlari secepatnya agar Ali tidak terlambat untuk bersekolah. Tapi meskipun telah berlari secepatnya Ali tetap saja terlambat.
Banyak sekali rintangan yang mereka lalui. Seperti saat Zahra berlari dan melompati selokan yang airnya lumayan deras mengalir, sepatu Ali yang Zahra pakai terjatuh karena longgar di kaki Zahra. Ia menangis saat berusaha untuk mengejar sepatu yang larut dibawa air. Terpikir olehnya Ali yang sedang gelisah menunggu sepatu yang hanya satu-satunya. Akhirnya sepatu itu tersangkut di bawah jembatan kecil, ia masih saja tak bisa menggapai sepatunya. Lalu ada seorang bapak penjaga toko mendekatinya dan membantunya. Zahra langsung berlari membawa sepatu sebelah yang basah dengan sisa tenaga yang terkuras akibat kejadian tadi.
Ali menunggu dengan sangat gelisah. Saat Zahra sampai Ali langsung memakai sepatu tersebut dan berlari sekuat tenaga. Kali ini Ali terlambat lagi dan tidak diperbolehkan masuk kelas oleh gurunya dan beliau menyuruh Ali untuk pulang. Ali menangis dan memohon kepada bapak guru tersebut, tapi tetap saja tidak bisa karena Ali sudah sering ketahuan terlambat. Untung saja pada saat itu wali kelas Ali lewat dan berbicara kepada bapak guru tersebut untuk memperbolehkan Ali untuk masuk kelas. Di sini Ali terlihat sangat kuat karena meskipun mempunyai alasan agar bisa masuk kedalam kelas Ali tidak mengatakannya. Menurut saya, Ali berusaha agar telihat tegar dan tidak ingin dikasihani oleh orang lain.
Di lain waktu saat jam istirahat Zahra duduk di lapangan dan menatap kosong kawan-kawannya yang sedang bermain. Ia masih memikirkan kemana sepatunya yang hilang. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sepatu yang persis sama, dengan sepatunya dipakai oleh seorang anak perempuan yang sedang memakan jajan pada saat itu. Bukan hanya sama, tapi sepatu itu memang milik Zahra. Lalu saat kelas berakhir Zahra langsung bergegas mengikuti anak itu.
Saat sampai di dekat rumah anak perempuan tersebut, Zahra tertegun. Dilihatnya seorang bapak yang buta menggendong anak perempuan tadi. Bapak itu adalah ayah dari anak perempuan tersebut. Dan setelah pulang sekolah anak perempuan tadi memegang tangan ayahnya dan menuntun ayahnya untuk berjalan. Zahra tak tega melihatnya. Mereka ternyata lebih susah kehidupannya dibanding keluarga Zahra. Dan akhirnya Zahra pulang dengan badan yang lesu.
Di saat libur sekolah sang ayah mengajak Ali ke kota untuk berjalan-jalan. Itu yang dikatakan ayahnya di depan ibu mereka agar tak khawatir, lalu membiarkan ayah dan Ali pergi ke kota. Padahal sang ayah berencana menjadi tukang kebun di kota untuk penghasilan tambahan karena beliau mendapatkan alat untuk berkebun dari temannya.
Ali dan ayahnya pergi ke kota menggunakan sepeda ontel. Mendatangi kawasan rumah elit yang memiliki halaman, lalu menawarkan jasa tukang kebun. Mereka menanyakan dari satu rumah ke rumah lainnya tanpa menyerah. Berbagai rintangan mereka hadapi dari kelelahan sampai dikejar oleh anjing penjaga rumah.
Pada akhirnya mereka mendapatkan satu rumah yang membeli jasa mereka. Setelah selesai pemilik rumah memberikan uang yang banyak kepada ayahnya Ali. Namun, ayah menolak menerima uang sebanyak itu dan meminta agar memberikan seikhlasnya saja. Tapi karena hasil kerja ayahnya Ali yang baik dan memuaskan uang tersebut tetap disodorkan kepada ayahnya Ali.
Mereka tersenyum riang dan bersyukur. Ali meminta agar uang yang didapat untuk membelikan Zahra sepatu. Tiba-tiba saat turun dari tanjakan ayahnya Ali berusaha untuk mengerem tapi ternyata remnya tidak berfungsi, dan mereka mengalami kecelakaan. Uang yang tadi didapatkan digunakan untuk pengobatan mereka. Ali dan ayahnya tetap bersabar meskipun mengalami musibah.
Pada suatu hari di sekolah, guru olahraga Ali mengumumkan bahwa akan diadakan lomba lari estafet. Yang mana lomba ini dibuat oleh gubernur. Pada saat itu Ali kurang tertarik mengikutinya, tapi pada saat sudah keluar hasil seleksi murid yang akan menjadi perwakilan sekolah, Ali baru tahu bahwa jika mendapatkan juara ke-3 maka hadiahnya adalah sepatu olahraga. Ali tak menghiraukan juara 1 dan yang ia tahu bahwa juara 3 akan mendapatkan sepatu olahraga. Pada saat itu Ali langsung teringat akan adiknya yang tak memiliki sepatu dan langsung bergegas ke ruang olahraga untuk menemui gurunya.
Ali mengutarakan keinginannya kepada guru olahraga, meskipun pada awalnya beliau tidak mengizinkan Ali karena seleksi sudah dilakukan tapi akhirnya karena melihat kesungguhan di mata Ali beliau luluh. Beliau terkejut oleh larinya Ali yang sangat cepat dan akhirnya memasukan Ali ke daftar murid yang menjadi perwakilan sekolah.
Dan untuk kisah selanjutnya silahkan saksikan sendiri di filmya. Tak rugi sama sekali menyaksikan film ini. Film yang banyak sekali pesan dan moral di dalamnya, menyajikan hal-hal yang sering terjadi di sekitar kita serta dikemas sangat baik. Saya yakin kalian akan menyukainya dan hanyut dalam cerita. Selamat menyaksikan dan mendownload filmnya !! (P)
*Staf Redaksi Papadaan 2019-2020, Mahasiswi Tingkat Satu Fakultas Dirosat al-Islamiyah Wa al-Arobiyah